Your cart is currently empty!
Kalau mau beralih menjadi konsumen yang lebih baik dan ingin menghambat kerusakan alam, dari mana harus memulai?
Seorang berkebangsaan Jerman bertanya hal yang sangat menggembirakan hari itu. Tidak banyak orang seperti itu yang penulis temui. Tapi penulis yakin ada banyak orang baik yang sama sama bingung dan punya pertanyaan yang sama.
Kita mulai dari keseharian kita, yuk. Produk apa saja yang biasanya wajib ada dalam keseharian? Seolah tanpanya, ritme kehidupan kita akan macet. Pokoknya “gak bisa hidup tanpa itu”. Harusnya jawabannya adalah AIR, TANAH dan UDARA bersih. Tapi saya yakin ada yang jawab shampo, sabun, bedak, hand body, nasi dan lain lain.
Penulis mau mengajurkan untuk memulai dari area kamar mandi terlebih dahulu. Selain makanan, perantal perintil mandi dan cuci adalah bagian dari kehidupan berumah tangga yang biasanya sudah pasti masuk dalam budget belanja bulanan. Coba hitung, ada berapa jenis produk yang ada di kamar mandimu? Lihat bagian belakang kemasannya, siapa produsennya (perusahaannya)?
Hidup kita sudah berada dalam genggaman korporasi yang meproduksi prantal printil itu. Mereka memiliki akses tak terhingga untuk mempengaruhi konsumen untuk terus membeli produk, sehingga kita berpikir “gak bisa hidup tanpa itu”. Yang bikin urusan makin runyam, mereka sangat terikat dengan jalur penyediaan bahan baku yang erat kaitannya dengan perusakan alam, sangat disayangkan!
Seandainya kamu adalah manusia paling irit pun, paling tidak, kamu punya 3-4 jenis produk yang kamu beli dari perusahaan yang sama. Sabun, sampo, pasta gigi dan mungkin sabun muka.
Perlu kah semua itu?
Kalau mandi gak pake sabun emang bisa bersih? Memangnya mandi pakai sabun setiap hari, bahkan hingga dua-tiga kali sehari baik untuk kesehatan kulitmu? Mandi dengan sabun terlalu sering, bisa bikin kulit justru makin kering, bahkan mengacaukan keseimbangan bakteri kulit. Kalau kamu setiap hari terpapar zat kimia beracun atau sering terpapar bakteri jahat, memang butuh dibersihkan dengan sabun (khusus). Jika hanya terkena keringat dan debu, maka air hangat dan washlap lalu dilanjutkan dengan air dingin pun sudah cukup. Penggunaan sabun hanya sehari sekali atau sesekali saja jika memang sangat dibutuhkan. Hm…pasti berat deh di awal, tenang aja, kulitmu pasti akan berterimakasih padamu kelak. Penulis (dan admin Be Essential) juga pernah mengalami ketidaknyamanan selama masa transisi, namun lamban laun akan biasa saja dan justru kekeringan kulit bisa dihindari.
Lalu bagaimana dengan sampo? Tahukah Anda, produk paling laris sejagat saat ini salah satunya adalah produk perawatan rambut. Karena memang banyak sekali orang memiliki masalah rambut. Penyebabnya? Salah satunya adalah kebiasaan mencuci rambut yang berlebihan. Dari mulai uban, rontok, lepek, berminyak, berketombe, semua permasalahan itu sangat umum diderita.
Rambut yang semula indah dan tidak bermasalah lambat laun mulai rewel padahal umur masih terbilang muda.
Trus harus gimana?
Ternyata, frekuensi ideal untuk mencuci rambut adalah 14 hari sekali. Ya! Jangan kaget. Empat belas hari sekali (atau bergantung pada aktifitas keseharian). Banyak orang merasa gerah gak tahan sama kulit kepala yang berminyak dan lengket sehingga harus merasa mencucinya setiap hari, namun justru kegiatan cuci rambut setiap hari itu sendiri yang bikin rambut makin berminyak dan lepek. Makin sering mencuci rambut, makin hilang kemampuan kulit kepala menyeimbangkan kelembapan alaminya. Tingkat Ph (keasaman) kulit kepala menjadi kacau balau karena faktor campur tangan deterjen pencuci rambut. Belum lagi diperparah dengan pola makan dan pola hidup yang kurang baik. Cukup gunakan air hangat jika kulitmu dan rambutmu sangat berminyak, bilas bersih, lalu gunakan air dingin sebagai bilasan terakhir. Secara bertahap dan lambat laun, kurangi frekuensi bersih bersih dengan melibatkan sabun dan sampo berbahan deterjen.
Masih gak bisa kalau gak sabunan dan sampoan tiap hari? Coba lalukan transisi sebagai berikut.
Gunakan shampoo dan sabun berbahan baku organik (silahkan cari di seantero jagat Instagram, banyak yang menjual sabun dan shampoo berbahan baku organik). Saat ini banyak produk perawatan tubuh dan kulit alami yang tersedia di pasaran tertentu. Pilih saja yang dirasa paling cocok. Dengan produk semacam ini pun, tetap harus menjaga frekuensi penggunaanya. Belajar lebih dalam untuk memahami kondisi kulit kita dan belajar untuk mengkonsumsi segala sesuatunya SECUKUPnya.
Lalu bagaimana dengan pasta gigi? Pasta gigi yang mengandung deterjen juga akan membunuh flora baik yang ada dalam rongga mulut kita. Belum lagi kandungan fluoride yang diperdebatkan manfaat dan potensi bahayanya. Menurut dokter gigi, flouride penting untuk mencegah gigi berlubang, karena makanan kita sangat tinggi kandungan gula, hingga rentan mengakibatkan lubang pada gigi. Nah, lho…serba salah ya?
Sikat gigi tanpa pasta gigi juga tidak masalah, kok. Kalau ingin punya nafas yang wangi kamu bisa kunyah cengkeh kering, kapulaga atau sesekali buat ramuan dari daun sirih, lidah buaya juga bisa membantu mengatasi plak gigi. Tips: kamu bisa sesekali gunakan campuran minyak kelapa dan arang bambu, atau tanah liat, untuk mengatasi kerak gigi berlebih. Ingat ya, sesekali, bukan tiap hari. Karena sifatnya yang abrasif, maka interval penggunaanya harus jauh. Teknik Oil Pulling juga sangat baik digunakan sebagai perawatan rongga mulut. Ih, ribet, ya? Tapi ini sangat berguna untuk kesehatan kita jangka panjang. Ada harga yang harus dibayar untuk segala kepraktisan yang kita pilih. Tidak tanggung tanggung, seringkali yang dikorbankan adalah nyawa kita sendiri. Aduh!
Ketika kamu beralih kebiasaan dalam keseharian dan mulai menggunakan produk alami, baik dalam bentuk segar maupun telah diramu menjadi produk jadi, selain lambat laun akan memulihkan Ph alami kulitmu, kamu juga bisa berhemat. Semakin kita mampu berhemat dan memilah secara seksama, semakin besar kemungkinannya untuk pemulihan kesehatan dan kerusakan. Lalu, semakin sehat jiwa raga dan kantong kita.
Sumber tulisan awal: https://baliecoproduct.blogspot.com/2018/05/menjadi-konsumen-cerdas-dan-berkesadaran.html
Leave a Reply